Skip to main content

Muqaddimah Dan Hadits Pertama Bagian 03

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 05 Shafar 1439 H / 25 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Muqaddimah Dan Hadits Pertama Bagian 03 dari 07
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0103
-----------------------------------

*MUQADDIMAH DAN HADĪTS PERTAMA (BAGIAN 3 DARI 7)*


 بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم  صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأعوانه

Imām Nawawi rahimahullāh, beliau dikenal sebagai orang yang zuhud. Setiap orang yang melihat beliau tahu bahwasannya beliau adalah orang yang zuhud yang tidak tertarik dengan dunia.

Seluruh waktu beliau untuk dakwah, untuk menuntut ilmu, untuk menulis buku-buku yang sangat besar, yang kita saja tidak pernah selesai membaca buku-buku tersebut. Bagaimana lagi menulisnya?

Membaca saja tidak selesai, apalagi menulis buku-buku tersebut. Buku-buku yang kokoh bukan sembarang tulisan, melainkan buku yang sangat hebat yang ditulis oleh Imām Nawawi rahimahullāh.

Beliau juga adalah orang yang sangat wara' sehingga tatkala di zaman beliau banyak ulamā yang diberi gaji oleh negara, beliau tidak menerima gaji tersebut (gaji yang diberikan negara).

Sampai suatu saat tatkala dizaman beliau ada sultan yang ingin menarik pajak dari rakyat demi kepentingan ketentaraan dan rakyatpun mendatangi Imām Nawawi rahimahullāh, mengeluhkan kondisi mereka yang sedang dalam keadaan sulit karena paceklik Sementara sang raja (sultan), pemungut pajak, meminta untuk membayar pajak.

Di sini Imām Nawawi rahimahullāh kemudian menulis surat yang indah, menasehi sang sultan, di mana tulisan tersebut dinukil oleh sebagian ulamā.

Isinya bagus, sebelumnya beliau memuji sang sultan kemudian beliau menasehati sang sultan dengan nasihat yang baik, bukan sembarang nasehat tetapi nasehat yang benar-benar merupakan nasehat kepada sang sultan.

Akan tetapi akhirnya sang sultan tersinggung dan dia marah dan dia mengatakan kepada anak buahnya, "Hentikan gaji yang diberikan kepada Imām Nawawi rahimahullāh."

Mereka berkata, "Wahai sultan bagaimana kita menghentikan sementara dia sendiri tidak mau menerima gaji."

Ini menunjukkan bagaimana wara'nya Imām Nawawi rahimahullāh.

Beliau meninggal di usia yang sangat muda  yaitu 45 tahun, pada tahun 675 H.

Namun dalam usia yang muda beliau meninggalkan banyak karya-karya yang luar biasa, karya-karya spektakuler, yang sekarang selalu dijadikan rujukan oleh para ulamā.

Para ulamā menjelaskan, tidaklah beliau diterima kitāb-kitābnya, diterima tulisan-tulisannya kecuali karena keikhlāsan beliau rahimahullāh Ta'āla.

Namun meskipun Imām Nawawi rahimahullāh adalah  Imām yang luar biasa, beliau tidaklah maksum.

Ada beberapa kesalahan beliau dalam masalah 'aqidah menyelisihi madzhabnya Imām Syāfi'i dan 4 (empat) Imām madzhab, akan tetapi sebagaimana kita katakan tidak ada yang maksum kecuali Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan kesalahan beliau dibandingkan dengan kebaikan beliau tenggelam di dalam kebaikan-kebaikan beliau. Dan tidak ada seorang manusiapun yang luput dari kesalahan, pasti ada yang terjerumus dalam kesalahan, siapapun dia.

Sebagaimana perkataan Imām Mālik rahimahullāh:

كل يؤخذ من قوله ويرد إلا صاحب هذا القبر

_"Setiap orang  bisa diambil perkataannya dan bisa ditolak kecuali penghuni kuburan ini, (yaitu) Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."_

Dari situ, sikap sebagian orang yang terlalu berlebih-lebihan, yang mengatakan Imām Nawawi rahimahullāh keliru dan tidak boleh membaca buku-bukunya, bahkan ada yang mengatakan bahwa buku-buku beliau harus dibakar, ini adalah pendapat yang ngawur (salah) yang bertentangan dengan kesepakatan para ulamā. Karena para ulamā mengakui keimamahan Imām Nawawi rahimahullāh. dan bagaimana luas ilmu beliau.

Adapun kesalahan beliau, beliau terjerumus ke dalam kesebagian kesalahan tidak menjatuhkan keimaman Imām Nawawi rahimahullāh.

Dan sungguh indah perkataan Syaikh Albāniy rahimahullāh, tatkala beliau membela Imām Nawawi rahimahullāh. Beliau berkata:

ﺗُﺮِﻳْﺪُ ﺻَﺎﺣِﺒًﺎ ﻻَ ﻋَﻴْﺐَ ﻓِﻴْﻪِ..؟ ﻓَﻬَﻞِ ﺍﻟْﻌُﻮْﺩُ ﻳَﻔُﻮْﺡُ ﺑِﻼَ ﺩُﺧَﺎﻥِ..؟

_"Apakah kau menginginkan seorang shahābat yang tidak punya kesalahan sama sekali, tidak punya cela dan aib ? Apakah ada kayu gaharu yang mengeluarkan aroma yang harum tanpa ada asap?"_

Kau ingin mencari shahābat yang benar-benar bersih, tidak punya kesalahan, mustahil kau dapat shahābat tersebut.

Namanya teman, pasti punya kekurangan, pasti punya kesalahan.

Apakah ada kayu gaharu yang mengeluarkan aroma yang harum tanpa ada asap? Pasti ada asapnya.

Kalau para shahābat saja demikian apalagi para ulamā yang mereka telah berijtihad, mereka pasti punya kesalahan.

Oleh karenanya tatkala kita menghukum seseorang, kita melihat apa yang mendominasi orang tersebut.

Kalau ada seorang hakim yang adil, selalu berhukum dengan keadilan, kemudian terkadang melakukan kesalahan, maka kita mengatakan hakim tersebut adalah hakim yang adil dan dia beberapa kali melakukan kesalahan.

Jangan kemudian kita memvonis dia hakim yang zhālim, meskipun dia melakukan kezhāliman dalam beberapa keputusan, namun kebanyakan hukum-hukum dia adalah adil.

Sebaliknya, seorang hakim kita katakan zhālim jika kebanyakan hukum-hukum dia adalah zhālim. Meskipun dia adil dalam beberapa  perkara, tetap kita katakan dia adalah hakim yang zhālim. M
Karena yang menjadi patokan adalah yang mendominasi (yang terbanyak).

Oleh karenanya para ulamā kita menyatakan bahwa mereka adalah ulamā ahlul sunnah meskipun memiliki sebagian kesalahan dan kesalahan mereka tidak ada bandingannya dibandingkan dengan jasa mereka yang luar biasa bagi Islām dan kaum muslimin. Contohnya seperti Imām Nawawi rahimahullāhu Ta'āla.

Demikian sekilas tentang biografi Imām Nawawi rahimahullāh yang Allāh berikan karāmah kepada beliau. Meskipun beliau meninggal dalam usia muda (45 tahun) akan tetapi beliau meninggalkan karya-karya yang  luar biasa, yang tidak ditinggalkan oleh banyak ulamā yang dipanjangkan umurnya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya ini merupakan karāmah, karāmah Imām Nawawi rahimahullāh adalah umur yang singkat akan tetapi berkah kehidupan beliau rahimahullāhu Ta'āla.


Demikian saja apa yang bisa disampaikan pada kesempatan kali ini, in Syā Allāh besok kita lanjutkan dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
-->