Muqaddimah Dan Hadits Pertama Bagian 06
Ditulis pada: November 16, 2017
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 08 Shafar 1439 H / 28 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Muqaddimah Dan Hadits Pertama Bagian 06 dari 07
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0106
-----------------------------------
*MUQADDIMAH DAN HADĪTS PERTAMA (BAGIAN 6 DARI 7)*
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأعوانه
Kata Nabi ﷺ, tiga orang yang pertama kali diazab di dalam neraka jahannam adalah tiga orang yang melakukan ibadah yang agung tetapi tidak ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ "
Orang yang pertama kali nyalakan api neraka buat mereka ada tiga orang, yaitu seorang mujahid, seorang ustd dan seorang yang dermawan.
Orang yang kedua adalah seorang yang 'alim. Kemudian dihadirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla orang 'alim (pembaca Al Qur'ān) tersebut dan diingatkan akan nikmat-nikmat yang telah Allāh berikan kepada ahli baca Al Qur'ān ini, berupa kecerdasan.
Seorang ustadz harus cerdas, punya hafalan yang kuat. Suaranya indah takkala melantunkan Al Qur'ān, tajwidnya bagus, enak didengar. Ini nikmat semuanya.
Maka Allāh bertanya, "Apa yang kau lakukan dengan nikmat-nikmat yang Aku berikan kepada engkau?"
Kata dia, "Yā Allāh, aku baca Al Qur'ān karena Engkau yā Allāh, dan aku ajarkan Al Qur'ān karena Engkau.”
Jadi kita tahu, seorang yang mengajarkan Al Qur'ān adalah orang yang sangat baik.
Kata Nabi ﷺ :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
_"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mengajarkan Al Qur'ān, mempelajari Al Qur'ān dan mengajarkannya."_
(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 5027)
Seorang 'alim, seorang ustadz sangat bernilai, tinggi nilainya di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Bagaimana tidak, Nabi ﷺ mengatakan:
فَضْلُ اْلعَالِمِ عَلَى اْلعَابِدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِ عَلَى سَائِرُ اْلكَوَاكِبِ, إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ, إِنَّ اْْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا, إِنَّمَا وَرَّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهَ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
_"Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang."_
(Hadīts riwayat Abū Dāwūd nomor 3641, At Tirmidzī nomor 2682)
Bulan purnama yang memberi penerangan di atas muka bumi, orang-orang bisa melihat. Jalan yang gelap bisa nampak karena rembulan, padahal rembulan cuma satu.
Sementara bintang-bintang yang jumlahnya ribuan atau jutaan, tidak memberi faedah apa-apa.
Oleh karenanya seorang 'alim saja, kalau dia benar-benar 'alim, akan bermanfaat bagi manusia. Lebih utama dari jutaan ahli ibadah yang tidak punya ilmu. Yang hanya sekedar bisa ibadah namun tidak bisa mengajarkan ilmu pada masyarakat.
Ini menunjukkan kemuliaan orang yang 'alim. Akan tetapi bagaimana kalau niatnya salah?
Niatnya salah maka berbahaya. Tatkala Allāh bertanya, "Apa yang kau lakukan dengan nikmat-nikmat yang aku berikan kepada engkau? Kecerdasan, kuatnya hafalan mu, indahnya lantunan suaramu tatkala membaca Al Qur'ān?"
Kata dia, "Aku membaca Al Qur'ān karena Engkau yā Allāh dan aku mengajarkannya karena Engkau."
Allāh mengatakan, "Engkau dusta, engkau mengajarkan Al Qur'ān supaya dikatakan engkau seorang ahli baca Al Qur'ān dan seorang yang 'alim. Dan telah dikatakan."
Niat dia supaya dikenal sebagai orang 'alim, dikabulkan oleh Allāh. Orang-orang mengenalinya sebagai orang 'alim. Ia dikenal sebagai orang yang qari, ahli baca Al Qur'ān, dikenal oleh masyarakat, dikabulkan.
Akan tetapi karena niatnya bukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, akibatnya dimasukkan ke dalam neraka jahanam.
Kemudian Allāh perintahkan para malāikat untuk menggeret orang ini di atas wajahnya, kemudian dilemparkan ke dalam neraka jahanam.
Bagaimana sabda Nabi ﷺ ?
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
_"Barangsiapa menuntut ilmu, yang seharusnya ilmu tersebut untuk mencari keridhāan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, ternyata dia menuntut ilmu bukan karena itu tetapi hanya untuk mencari dunia, maka orang ini tidak akan mencium bau surga."_
(Hadīts riwayat Abū Dāwūd nomor 3664)
Dan ini peringatan bagi para da'i, orang-orang yang kemudian memasang tarif tatkala berdakwah, hanya sekedar mencari dunia.
Jika tidak ada tarif dia tidak akan datang. Ini pekerjaan yang sangat menjijikkan, yang seharusnya dia berdakwah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kalau ada yang memberi dia terima, kalau tidak jangan kemudian dia mencak-mencak, marah-marah apalagi kemudian ternyata tidak sesuai dengan tarif yang dia pasang. Maka ini pekerjaan yang sangat menjijikkan dan akan menjerumuskan dia ke dalam neraka jahanam. Orang seperti ini tidak akan mencium bau surga.
Lihat tadi kata Nabi ﷺ , ternyata dia menuntut ilmu hanya sekedar untuk mencari dunia, maka dia tidak akan mencium bau surga.
Maka lebih celaka lagi bagi para da'i yang sudah tidak punya ilmu kemudian pasang tarif. Mengambil uang masyarakat tanpa ada hak. Tidak ada sumbangsih kepada masyarakat, tidak ada ilmu yang mereka berikan kepada masyarakat, hanya ilmu kesesatan yang mereka berikan kepada masyarakat, kemudian mereka pasang tarif dengan tarif yang besar, mencari dunia dengan ilmu yang menyesatkan.
Maka orang-orang seperti ini, terancam dengan neraka jahanam.
Orang yang ketiga yang dihadirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah seorang yang dermawan.
Dihadirkan dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla ingatkan tentang nikmat-nikmat yang Allāh berikan kepada dia berupa harta.
Seorang yang Allāh berikan kepada dia segala jenis harta. Orang ini orang kaya raya, seluruh jenis harta dia miliki. Mobil mewah dia punya, rumah mewah dia punya, istana mewah dia punya, sawah-ladang dia punya, bangunan bagus dia punya. Allāh berikan kepada dia seluruh jenis harta, emas perak dia punya. Apa saja jenis harta dia punya, intan berlian dia punya.
Maka Allāh bertanya kepada dia, "Apa yang engkau lakukan dengan harta yang berlimpah ruah? Harta yang banyak yang Aku berikan kepada engkau?"
Kata orang ini, "Yā Allāh, tidak ada satu jalan kebaikanpun yang Engkau suka aku infāqkan dijalan tersebut, kecuali aku infāqkan."
Artinya orang ini benar-benar dermawan.
√ Ada yang minta uang untuk bangun pondok, dia beri.
√ Ada yang minta uang untuk bangun mesjid, dia beri.
Semua orang minta bantuan, dia berikan. Untuk faqīr miskin, anak yatim, yayasan anak-yatim, dia sumbangkan seluruhnya. Untuk dakwah, dia sumbangkan seluruhnya.
"Tidak ada satu jalan kebaikanpun (artinya segala bentuk kebaikan), yang Engkau suka aku berinfāq di situ, kecuali aku infāq yā Allāh."
Allāh mengatakan, "Engkau dusta! Engkau berinfāq bukan karena Aku. Tetapi supaya dikatakan engkau adalah seorang yang dermawan. Dan telah dikatakan."
Orang ini niatnya berinfāq, supaya dikenal sebagai orang yang dermawan. Allāh kabulkan niatnya.
Masyarakat mengenal dia sebagai seorang yang dermawan. Kemana-mana dia terkenal suka memberi sumbangan.
Seandainya dia niatnya karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka orang ini akan mencapai derajat yang tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Tetapi karena niatnya terbalik, bukan karena Allāh, hanya karena dunia, ingin dipuji atau ingin mencari sebagian dari dunia, maka kebalikannya, dia terjerumus ke dalam neraka jahanam.
Kemudian Allāh perintahkan malāikat untuk menggeret orang ini di atas wajahnya, dihinakan kemudian dilemparkan kedalam neraka jahanam.
Oleh karenanya hadīts 'Umar bin Khaththāb:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِيءٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٌ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
_"Amalan-amalan ada niatnya dan masing-masing orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan, barangsiapa yang hijrahnya (amalan shālihnya) karena Allāh dan Rasūl-Nya, maka dia akan mendapatkan ganjaran dari Allāh, barangsiapa yang hijrahnya karena dunia atau wanita yang ingin dia nikahi maka dia mendapatkan apa yang diinginkan."_
Niat yang tidak ikhlās, niat yang riyā' akan merusak amalan seseorang dan akan terancam dengan neraka jahannam.
Demikian saja apa yang bisa disampaikan pada kesempatan kali ini, in Syā Allāh besok kita lanjutkan dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------
Sabtu, 08 Shafar 1439 H / 28 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Muqaddimah Dan Hadits Pertama Bagian 06 dari 07
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0106
-----------------------------------
*MUQADDIMAH DAN HADĪTS PERTAMA (BAGIAN 6 DARI 7)*
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأعوانه
Kata Nabi ﷺ, tiga orang yang pertama kali diazab di dalam neraka jahannam adalah tiga orang yang melakukan ibadah yang agung tetapi tidak ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ "
Orang yang pertama kali nyalakan api neraka buat mereka ada tiga orang, yaitu seorang mujahid, seorang ustd dan seorang yang dermawan.
Orang yang kedua adalah seorang yang 'alim. Kemudian dihadirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla orang 'alim (pembaca Al Qur'ān) tersebut dan diingatkan akan nikmat-nikmat yang telah Allāh berikan kepada ahli baca Al Qur'ān ini, berupa kecerdasan.
Seorang ustadz harus cerdas, punya hafalan yang kuat. Suaranya indah takkala melantunkan Al Qur'ān, tajwidnya bagus, enak didengar. Ini nikmat semuanya.
Maka Allāh bertanya, "Apa yang kau lakukan dengan nikmat-nikmat yang Aku berikan kepada engkau?"
Kata dia, "Yā Allāh, aku baca Al Qur'ān karena Engkau yā Allāh, dan aku ajarkan Al Qur'ān karena Engkau.”
Jadi kita tahu, seorang yang mengajarkan Al Qur'ān adalah orang yang sangat baik.
Kata Nabi ﷺ :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
_"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mengajarkan Al Qur'ān, mempelajari Al Qur'ān dan mengajarkannya."_
(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 5027)
Seorang 'alim, seorang ustadz sangat bernilai, tinggi nilainya di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Bagaimana tidak, Nabi ﷺ mengatakan:
فَضْلُ اْلعَالِمِ عَلَى اْلعَابِدِ كَفَضْلِ اْلقَمَرِ عَلَى سَائِرُ اْلكَوَاكِبِ, إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ, إِنَّ اْْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا, إِنَّمَا وَرَّثُوْا اْلعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهَ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
_"Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang."_
(Hadīts riwayat Abū Dāwūd nomor 3641, At Tirmidzī nomor 2682)
Bulan purnama yang memberi penerangan di atas muka bumi, orang-orang bisa melihat. Jalan yang gelap bisa nampak karena rembulan, padahal rembulan cuma satu.
Sementara bintang-bintang yang jumlahnya ribuan atau jutaan, tidak memberi faedah apa-apa.
Oleh karenanya seorang 'alim saja, kalau dia benar-benar 'alim, akan bermanfaat bagi manusia. Lebih utama dari jutaan ahli ibadah yang tidak punya ilmu. Yang hanya sekedar bisa ibadah namun tidak bisa mengajarkan ilmu pada masyarakat.
Ini menunjukkan kemuliaan orang yang 'alim. Akan tetapi bagaimana kalau niatnya salah?
Niatnya salah maka berbahaya. Tatkala Allāh bertanya, "Apa yang kau lakukan dengan nikmat-nikmat yang aku berikan kepada engkau? Kecerdasan, kuatnya hafalan mu, indahnya lantunan suaramu tatkala membaca Al Qur'ān?"
Kata dia, "Aku membaca Al Qur'ān karena Engkau yā Allāh dan aku mengajarkannya karena Engkau."
Allāh mengatakan, "Engkau dusta, engkau mengajarkan Al Qur'ān supaya dikatakan engkau seorang ahli baca Al Qur'ān dan seorang yang 'alim. Dan telah dikatakan."
Niat dia supaya dikenal sebagai orang 'alim, dikabulkan oleh Allāh. Orang-orang mengenalinya sebagai orang 'alim. Ia dikenal sebagai orang yang qari, ahli baca Al Qur'ān, dikenal oleh masyarakat, dikabulkan.
Akan tetapi karena niatnya bukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, akibatnya dimasukkan ke dalam neraka jahanam.
Kemudian Allāh perintahkan para malāikat untuk menggeret orang ini di atas wajahnya, kemudian dilemparkan ke dalam neraka jahanam.
Bagaimana sabda Nabi ﷺ ?
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
_"Barangsiapa menuntut ilmu, yang seharusnya ilmu tersebut untuk mencari keridhāan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, ternyata dia menuntut ilmu bukan karena itu tetapi hanya untuk mencari dunia, maka orang ini tidak akan mencium bau surga."_
(Hadīts riwayat Abū Dāwūd nomor 3664)
Dan ini peringatan bagi para da'i, orang-orang yang kemudian memasang tarif tatkala berdakwah, hanya sekedar mencari dunia.
Jika tidak ada tarif dia tidak akan datang. Ini pekerjaan yang sangat menjijikkan, yang seharusnya dia berdakwah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kalau ada yang memberi dia terima, kalau tidak jangan kemudian dia mencak-mencak, marah-marah apalagi kemudian ternyata tidak sesuai dengan tarif yang dia pasang. Maka ini pekerjaan yang sangat menjijikkan dan akan menjerumuskan dia ke dalam neraka jahanam. Orang seperti ini tidak akan mencium bau surga.
Lihat tadi kata Nabi ﷺ , ternyata dia menuntut ilmu hanya sekedar untuk mencari dunia, maka dia tidak akan mencium bau surga.
Maka lebih celaka lagi bagi para da'i yang sudah tidak punya ilmu kemudian pasang tarif. Mengambil uang masyarakat tanpa ada hak. Tidak ada sumbangsih kepada masyarakat, tidak ada ilmu yang mereka berikan kepada masyarakat, hanya ilmu kesesatan yang mereka berikan kepada masyarakat, kemudian mereka pasang tarif dengan tarif yang besar, mencari dunia dengan ilmu yang menyesatkan.
Maka orang-orang seperti ini, terancam dengan neraka jahanam.
Orang yang ketiga yang dihadirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah seorang yang dermawan.
Dihadirkan dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla ingatkan tentang nikmat-nikmat yang Allāh berikan kepada dia berupa harta.
Seorang yang Allāh berikan kepada dia segala jenis harta. Orang ini orang kaya raya, seluruh jenis harta dia miliki. Mobil mewah dia punya, rumah mewah dia punya, istana mewah dia punya, sawah-ladang dia punya, bangunan bagus dia punya. Allāh berikan kepada dia seluruh jenis harta, emas perak dia punya. Apa saja jenis harta dia punya, intan berlian dia punya.
Maka Allāh bertanya kepada dia, "Apa yang engkau lakukan dengan harta yang berlimpah ruah? Harta yang banyak yang Aku berikan kepada engkau?"
Kata orang ini, "Yā Allāh, tidak ada satu jalan kebaikanpun yang Engkau suka aku infāqkan dijalan tersebut, kecuali aku infāqkan."
Artinya orang ini benar-benar dermawan.
√ Ada yang minta uang untuk bangun pondok, dia beri.
√ Ada yang minta uang untuk bangun mesjid, dia beri.
Semua orang minta bantuan, dia berikan. Untuk faqīr miskin, anak yatim, yayasan anak-yatim, dia sumbangkan seluruhnya. Untuk dakwah, dia sumbangkan seluruhnya.
"Tidak ada satu jalan kebaikanpun (artinya segala bentuk kebaikan), yang Engkau suka aku berinfāq di situ, kecuali aku infāq yā Allāh."
Allāh mengatakan, "Engkau dusta! Engkau berinfāq bukan karena Aku. Tetapi supaya dikatakan engkau adalah seorang yang dermawan. Dan telah dikatakan."
Orang ini niatnya berinfāq, supaya dikenal sebagai orang yang dermawan. Allāh kabulkan niatnya.
Masyarakat mengenal dia sebagai seorang yang dermawan. Kemana-mana dia terkenal suka memberi sumbangan.
Seandainya dia niatnya karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka orang ini akan mencapai derajat yang tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Tetapi karena niatnya terbalik, bukan karena Allāh, hanya karena dunia, ingin dipuji atau ingin mencari sebagian dari dunia, maka kebalikannya, dia terjerumus ke dalam neraka jahanam.
Kemudian Allāh perintahkan malāikat untuk menggeret orang ini di atas wajahnya, dihinakan kemudian dilemparkan kedalam neraka jahanam.
Oleh karenanya hadīts 'Umar bin Khaththāb:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِيءٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٌ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
_"Amalan-amalan ada niatnya dan masing-masing orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan, barangsiapa yang hijrahnya (amalan shālihnya) karena Allāh dan Rasūl-Nya, maka dia akan mendapatkan ganjaran dari Allāh, barangsiapa yang hijrahnya karena dunia atau wanita yang ingin dia nikahi maka dia mendapatkan apa yang diinginkan."_
Niat yang tidak ikhlās, niat yang riyā' akan merusak amalan seseorang dan akan terancam dengan neraka jahannam.
Demikian saja apa yang bisa disampaikan pada kesempatan kali ini, in Syā Allāh besok kita lanjutkan dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------