Skip to main content

Tafsir Surat Al Qāri'ah Bagian 05

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 17 Muharam 1439 H / 07 Oktober 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir Juz 30 | Surat Al Qāri'ah (Bagian 05)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Tafsir-H0705
~~~~~

TAFSIR SURAT AL QĀRI'AH (BAGIAN 5)


الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
​​​ 
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan pembahasan tafsir kita tentang kandungan dari surat Al Qāri'ah.

Yang pertama yang ditimbang adalah amalan shālih, yang kedua yang ditimbang adalah pemilik amalan shālih. Dalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ كَانَ يَجْتَنِي سِوَاكًا مِنْ الْأَرَاكِ وَكَانَ دَقِيقَ السَّاقَيْنِ فَجَعَلَتْ الرِّيحُ تَكْفَؤُهُ فَضَحِكَ الْقَوْمُ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّ تَضْحَكُونَ قَالُوا يَا نَبِيَّ اللَّهِ مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ فَقَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ أُحُدٍ

Dari Ibnu Mas'ud bahwa ia memetik siwak dari pohon ara dan ia memiliki betis yang kecil, tiba-tiba angin menyingkap kedua kakinya lalu orang-orang menertawakannya.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertanya:

"Apa yang kalian tertawakan?"

Mereka menjawab:

"Wahai Nabiyullah, kami menertawakan betisnya yang kecil."

Maka beliau bersabda:

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya lebih berat timbangannya dari gunung Uhud." (HR Ahmad nomor 3792)

Dalam hadīts yang lain, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ

"Sungguh pada hari kiamat akan datang seorang besar lagi gemuk, namun timbangannya di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak dapat melebihi berat sayap seekor nyamuk (tidak ada nilainya sama sekali)."

(HR Bukhari nomor 4360, versi Fathul Bari nomor 4729 dan Muslim nomor 4991, versi Syarh Muslim nomor 2785)

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  membacakan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا

"Pada hari tersebut kami tidak akan menilai timbangan mereka sama sekali."

(QS Al Kahfi: 105)

Ini dalīl bahwasanya manusia juga ditimbang pada hari kiamat, dan ini menunjukan timbangan pada hari kiamat bermacam-macam modelnya.

√ Timbangan amal shālih.
√ Timbangan manusia.
√ Timbangan khusus catatan amal.

Di antara dalīl yang menunjukan akan hal ini adalah hadīts yang masyhur, hadīts bithāqah, tentang kisah pelaku maksiat yang meninggal dalam keadaan bertauhīd mengucapkan "Lā ilāha illallāh", kemudian dimaafkan dosa-dosanya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam  menjelaskan dalam hadītsnya:

يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لاَ. فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ. فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ

Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu.

Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allāh menanyakan padanya:

“Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?”

Ia menjawab:

“Tidak sama sekali wahai Rabbku.”

Allāh bertanya lagi:

“Apakah yang mencatat hal ini berbuat zhalim padamu?”

Lalu ditanyakan pula:

“Apakah engkau punya uzur atau ada kebaikan di sisimu?”

Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata:

“Tidak.”

Allāh pun berfirman:

“Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk orang zalim pada hari ini.”

Lantas dikeluarkanlah satu bithaqah (kartu sakti) yang bertuliskan syahadat "Laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosulullah".

Lalu ia bertanya:

“Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?”

Allāh berkata padanya:

“Sesungguhnya engkau tidaklah zalim.”

Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh "Laa ilaha illallah" di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh "Laa ilaha illalah" tadi.

(HR Ibnu Majah nomor 4300, Tirmidzi nomor 2639 dan Ahmad 2: 213. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qawiy yaitu kuat dan perowinya tsiqah termasuk perawi kitab shahih selain Ibrahim bin Ishaq Ath Thaqani. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Dihadirkan salah seorang dari umatku, dihadapan banyak orang untuk ditimbang pada hari kiamat, maka setelah itu dibentangkan 99 catatan amal keburukan dia.

Setiap catatan dibentangkan (dibuka) maka sejauh mata memandang semua isinya kemaksiatan, kemudian orang itupun ketakutan.

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla bertanya kepada orang tersebut:

'Apa ada catatan yang salah yang engkau ingkari?
Apakah Mālaikat pencatatku mendzalimimu?'

Kata orang tersebut:

'Tidak ada, Yaa Rabb.'

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

'Apakah engkau punya udzur?'

Kata orang tersebut:

'Tidak ada,  Yaa Rabb'."

Subhānallāh, orang tersebut sudah pasrah, karena Mālaikat tidak salah mencatat, semuanya detail tercatat di sana tidak ada yang terluput.

Perkataan, huruf, kata-kata yang dia ucapkan, semua dicatat oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kata  Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

"Apakah engkau punya kebaikan?"

Kata orang tersebut:

"Tidak ada, Yaa Rabb."

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

"Engkau punya satu kebaikan dan engkau tidak akan dizhalimi pada hari ini."

Maka dikeluarkanlah  sebuah kartu yang tertulis: "Asyhadu alā ilaha illallāh wa asyhadu anna Muhammadarasūlullāh," maka satu daun timbangan diletakan 99 catatan amal dan satu daun timbangan yang lainnya diletakan satu kartu tersebut.

Kemudian orang ini berkata:

"Yaa Rabb, apa yang akan dilakukan oleh kartu kecil ini melawan beratnya 99 catatan keburukan ini?"

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

"Engkau tidak akan dizhalimi pada hari ini."

Maka diletakanlah satu timbangan dan diletakan daun timbangan yang lain, maka yang berat adalah kartu "Lā ilāha illallāh".

Oleh karenanya Imām Ibnu Qayyim rahimahullāh menyebutkan:

"Setiap orang yang bertauhīd memiliki kartu ini, "Lā ilāha illallāh".

Tetapi kualitasnya berbeda-beda, tidak sama. Sebagai bukti betapa banyak dalam hadīts-hadīts disebutkan orang-orang yang shalāt diadzab di dalam neraka Jahannam akan tetapi neraka Jahannam hanya membakar tubuhnya, tidak membakar bekas sujudnya. Sebagai penghargaan atas shalāt yang pernah di lakukan.

Dia shalāt tapi masuk neraka Jahannam. Dia bertauhīd tetapi masuk nerak Jahannam. Bahkan Ibnu Taimiyyah rahimahullāh mengatakan:

"Muttawatir hadīts-hadīts yang menunjukan orang-orang bertauhīd masuk neraka Jahannam."

Kenapa?

Karena tauhīdnya kurang kuat.

Adapun shahibul bithāqah ini, dia melakukan banyak kemaksiatan tapi dipenghujung hayatnya dia benar-benar bertauhīd kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Kemudian dia meninggal di atas tauhīd, husnul khatimah. Maka tauhīdnya sangat kuat sehingga membakar semua maksiat yang pernah dia lakukan.

Oleh karenanya dalam hadīts Qudsi, Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

"Wahai anak Ādam, kalau engkau datang menemuiku pada hari kiamat dan engkau bawa dosa-dosa sebesar bumi ini kemudian engkau bertemu dengan ku dan engkau tidak berbuat syirik sama sekali maka akan saya datangkan ampunan sebesar bumi ini untukmu." (HR Tirmidzi nomor 3540)

Ini keutamaan orang yang bertauhīd, yang benar-benar dia meluruskan tauhidnya, memurnikan tauhīdnya, menjauhkan dari segala bentuk kesyirikan, baik itu syirik besar maupun syirik kecil.

Dan di antaranya shahibul bithaqah ini, seorang yang disidang oleh Allāh pada hari kiamat untuk ditimbang dan dia memiliki kartu "Lā ilāha illallāh".

Karenanya, seseorang jangan terperdaya, "Yang penting saya muslim, mengucapkan 'Lā ilāha illallāh."

Padahal ini belum tentu, karena kartu "Lā ilāha illallāh" semua orang memiliki, tetapi kualitasnya berbeda-beda.

Ini dalīl bahwasanya perkara-perkara yang ditimbang adalah amalan shālih, yang ditimbang adalah manusianya sendiri dan ada yang ditimbang catatan amal.

Namun kata para ulamā, meskipun yang ditimbang berbeda-beda tetapi semua kembali kepada amalan shālih.

Kenapa bithāqah ini menjadi berat?

Karena amalan shālih dia.

Kenapa Ibnu Mas'ud yang kurus menjadi berat?

Karena amalan shālih dia.

Hanya sekedar Allāh Subhānahu wa Ta'āla ingin menunjukan kemampuan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bagaimana qudrah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan Allāh adalah Maha adil. Makanya timbangan disebutkan oleh Allāh memiliki dua sifat.

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ (47)

"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami menjadi orang-orang yang membuat perhitungan." (QS Al Anbiya: 47)

Timbangannya Allāh memiliki dua sifat:

⑴ Adil
⑵ Detail

"Meskipun amalan itu sebesar biji sawi akan kami datangkan."

Dalam surat Luqmān, kata Luqmān kepada anaknya:

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِير

"Wahai putraku, meskipun amalanmu sangat sedikit sekecil apapun, meskipun tersembunyi dalam batu, seandainya amalan mu terbang diatas langit, seandainya amalanmu yang kecil tersebut tersembunyi dalam bumi, Allāh akan mendatangkannya, sesungguhnya Allāh Maha Halus lagi Maha Mengetahui."

(QS Luqmān: 16)

Allāh akan datangkan, tidak ada yang terluputkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, semuanya akan didatangkan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menegakkan segala bentuk hujjah kepada manusia sehingga tidak ada manusia yang bisa memiliki udzur tatkala hari tersebut.

Seluruh maksiat yang dia lakukan Allāh datangkan saksi (tangan, kaki, kulit, catatan amal), malaikat, semua menjadi saksi.

اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا (14)

"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS Al Isrā: 14)

Setelah Allāh mendatangakan berbagai macam saksi,  Allāh timbang,  Allāh sudah tahu Si Fulān masuk neraka, Si Fulān masuk surga, tapi Allāh ingin menampakan keadilan Allāh.

Demikian saja apa yang bisa kita sampaikan.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته
________

◆ Yuk.... Ikut Saham Akhirat
Pembelian Rumah U/ Markaz Dakwah dan Studio Bimbingan Islām

| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islām
Konfirmasi Transfer Via WA/SMS & Informasi ;  0811-280-0606 (BIAS CENTER 06)
-------------------------------------


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar
-->